Wah...Ternyata Ada 22 Hektare Sawah di Jakarta
Jum'at, 7 Mei 2010 - 15:19 wib
Ilustrasi pematang sawah (foto: jamust.wordpress)
JAKARTA - Hampir seluruh sisi ruang di Ibu Kota Negara ini hampir disesaki dengan pembangunan. Namun masih tersisa petakan sawah produktif di Kampung Tambun Rengas, RT 007/RW 07, Kelurahan Cakung Timur, Cakung, Jakarta Timur. Kondisi sawah di pinggiran timur kota Jakarta itu masih dapat bertahan ditengah ganasnya pembangunan masif.
Menurut seorang petani di lokasi, Sukardi, dia tidak dapat menyembunyikan kegelisahan dengan pesatnya pembangunan di sekitar lahan pertanian yang dikelola kelompoknya. Selain perumahan penduduk, banyak lahan-lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi pabrik, ungkap Ketua Kelompok Tani Suka Mulya itu.
Menurutnya sebanyak 85% warga di wilayah RW 07 Kelurahan Cakung Timur ini hidupnya dari lahan pertanian. "Kami mengharapkan lahan-lahan yang ada dapat terus dikelola, bahkan kalau mungkin dikembangkan,” harapnya.
Dia bercerita pada 2005 lalu kelompoknya sempat gagal panen karena hama dan imbas dari limbah pabrik. Para petani berharap mendapatkan proteksi dari pihak pemerintah untuk dapat terus mengelola lahan pertanian yang sebagain besar sudah dimiliki para pengembang tersebut.
Kasudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Timur Bayu Sari Hastuti, menjelaskan petani memulai kegiatan panen rayanya di atas lahan seluas 22 hektar kemarin. Panen pertama pada 2010 ini dinikmati oleh 30 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Suka Mulya.
"Dalam satu tahun petani bisa melakukan panen sebanyak dua kali, ungkapnya. Namun bila kondisi air bagus dan musim panas tidak terlalu menggangu panen bisa sampai tiga kali dalam setahun. Dia menambahkan luas lahan satu hektar saja dapat menghasilkan 10,3 ton beras.
Bayu juga menjelaskan, sektor pertanian dapat memberikan peluang pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat di Cakung Timur. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH). "Keberadaan lahan pertanian ini diharapkan dapat tetap dipertahankan sebagai paru-paru kota Jakarta," ujarnya.
Wakil Walikota Jakarta Timur Asep Syarifudin, memimpin langsung panen raya padi, di Kampung Tambun Rengas. Dia menjelaskan terdapat 400 hektar lahan tanaman padi yang dikelola oleh 13 kelompok tani yang terdiri dari 316 petani.
Lahan-lahan persawahan di wilayah Kecamatan Cakung sudah ada sejak dulu, sebagai lahan produktif dan potensial untuk kegiatan pertanian, jelasnya. Namun saat ini kepemilikan lahan-lahan pertanian tersebut sebagian besar sudah dikuasai oleh swasta atau pihak pengembang. Asep berharap lahan-lahan yang masih ada dapat dipertahankan pemanfaatannya untuk kegiatan pertanian.
"Keberadaan lahan pertanian di Kecamatan Cakung ini musti dipertahankan, karena memiliki fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber mata pencaharian masyarakat juga merupakan ruang terbuka hijau bagi kota Jakarta," kata Wakil Walikota.
Pemerintah kota juga menyerahkan bantuan kepada para petani berupa benih padi varietas mekongga (cigeulis) sebanyak 1 ton, pestisida nabati 100 liter, perangkap tikus 4 buah, 100 bibit pohon mangga serta benih ikan nila dan lele sebanyak 600-700 ekor.
Turut hadir pada kesempatan panen raya padi ini, Asisten Perekonomian dan Administrasi Jakarta Timur Sutia, Camat Cakung Lukman Hakim, Kasudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur Adnan Ahmad, Lurah Cakung Timur Suhardiyono, Ketua RW 07 Kelurahan Cakung Timur Haji Markasih, dan para pejabat terkait lainnya.(ahm)(Isfari Hikmat/Koran SI/mbs)
hal lainHamparan sawah menghijau merupakan pemandangan langka bagi metropolitan Jakarta, tidak terkecuali bagi warga kawasan pinggiran Jakarta. Namun di balik lalu lalang kendaraan dan padatnya permukiman penduduk, di kawasan Cakung, tepatnya di Kelurahan Cakung Timur, masih dapat ditemui area persawahan. Petak-petak persawahan Ini berada di Kampung Tambun Rengas. RW 07, Cakung Timur. Cakung, Jakarta Timur. Hamparan padi berwarna hijau dan kuning membentang di depan mata. Sayangnya, sebagian besar area lahan yang dijadikan persawahan Ini adalah milik swasta yang sewaktu-waktu bisa beralihfungsl sesuai kemauan pemiliknya. Saat ini warga setempat masih diizinkan memanfaatkan lahan kosong tersebut dengan menggarapnya menjadi persawahan.
Kampung Tambun Rengas Ini memang benar-benar berada di pinggiran Jakarta. DI sebelah timur, kampung berbatasan langsung dengan Kecamayan Medansatria, Bekasi. Jawa Barat, sementara di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Cilincing. Kamis (6/5) pagi kemarin, puluhan warga Rw 07 di Kampung Tambun Rengas, Cakung Timur, tampak bersukaria. Inilah saatnya mereka memanen padi yang mereka tanam sejak akhir Desember 2009. Sebanyak 22 hektar sawah yang mereka garap siap dipanen hari Itu.
Sukardi. Ketua Kelompok Tani Suka Mulya mengungkapkan, ada 30 petani yang tergabung dalam kelompoknya dan menjadi penggarap sawah seluas 22 hektar yang mereka panen hari itu. Menurut Sukardi di balik sukarja mereka hari itu, ada kegelisahan yang amat sangat di dadanya. Apalagi kalau bukan pesatnya pembangunan di sekitar lahan pertanian yang mengancam kelompok petani itu. Dari 22 hektar lahan yang mereka panen hari itu 19.5 hektar lahan adalah milik PT Modern Land.sedangkan warga hanya menggarapnya saja. Seluas 2.5 hektar lahan sisanya adalah milik warga setempat yakni H Mardjuki.
Sukardi menuturkan, selain perumahan penduduk, banyak lahan pertanian yang dulu ada berubah fungsi menjadi pabrik. "Pada tahun 2005 kami sempat gagal panen karena selain tanaman padi terkena hama. Juga Imbas dari limbah pabrik, katanya. Mereka kini seperti menghitung hari ketika sawah lenyap dari bumi metropolitan.
Dirinya pun berharap proteksi dari pihak pemerintah untuk dapat terus mengelola lahan pertanianyang sebagain besar sudah dimiliki para pengembang tersebut. "Karena 85 persen warga di wilayah RW 07 Kelurahan Cakung Timur Ini hidupnya dari lahan pertanian, kami mengharapkan lahan-lahan yang ada dapat terus dikelola, bahkan kalau mungkin dikembangkan." harapnya.
Dari informasi warga setempat atau beberapa kelompok tani yang masih ada, sampai tahun 2005 masih ada sekitar 1.000 hektar lahan aktif yang menjadi-areal persawahan di Kecamatan Cakung. Namun kini Jumlahnya menyusut menjadi 400 hektar lahan saja, karena sudah diubah fungsi oleh para pengembang menjadi pemukiman penduduk atau pabrik.. Itu pun 90 persennya adalah milik pengembang atau pihak swasta. "Jadi warga hanya menggarapnya saja dan menyewa lahannya," ujar Sukardi.
Contoh buruk dirasakan Chasmlta. Semula dirinya sempat menikmati manisnya menggarap sawah. Tetapi sejak akhir tahun 2005, sawah ga-rapannya seluas dua hektar diambil kembali oleh pemilik lahan.
Saat datang ke Jakarta dari kampungnya di Indramayu. Jawa Barat pada tahun 1982 lalu. Chasmlta memang tidak punya keinginan menjadi petani sawah metropolitan. Ia cenderung memilih berdagang sayur- mayur di Pasar Cakung yang dinilainya lebih menguntungkan. Namun latar belakang pengalamannya sebagai petani padi membuat dirinya tidak dapat begitu saja meninggalkan pekerjaannya sebagai petani di sawah.
Berbekal hasil negosiasi dengan penguasa lahan, Chasmlta mendapat lahan untuk digarapnya menjadi sawah. Dari sawah garapannya. sekali panen ia dapat memperoleh penghasilan lumayan. Sekitar 20 Juta per tahun. Uang Ini dimanfaatkan untuk menyekolahkan keempat anaknya.
Namun kini untuk menghidupi anak istrinya, Chasmita kembali berdagang sayur- mayur, di pasar kecil tidak Jauh dari rumahnya. Kembali ke sawah, bermandl lumpur dan menuai bulir-bulir padi yang menguning, kini hanya menjadi kenangan bagi Chasmita.
Meski demikian, keinginannya untuk kembali menggarap sawah di tengah-tengah hiruk pikuk Kota Jakarta terus membara. Bagi dirinya, menanam padi di Jakarta tidak hanya untuk mencari penghasilan, tetapi Juga untuk menciptakan kawasan hijau di tengah-tengah gersangnya kota Jakarta. "Keplngln banget untuk bisa bersawah lagi. Tapi tampaknya sulit karena Justru lahan yang ada akan lenyap." katanya. (Badi Sam Law Milan)
hal lain :
Kamis, 6 Mei 2010 | 18:55 WIB
Sawah Metropolitan Yang Terancam
Warta Kota/ foto: Budi SL Malau
Petak-petak persawahan ini tepatnya berada di Kampung Tambun Rengas RW 07, Cakung Timur. Padi berwarna hijau dan kuning menghampar jelas di depan mata.
Namun sayangnya sebagian besar areal lahan yang dijadikan persawahan ini adalah milik swasta, yang sewaktu-waktu bisa diubah-fungsikan oleh pemiliknya demi keuntungan. Saat ini warga setempat masih diizinkan memanfaatkan lahan kosong tersebut dengan menggarapnya menjadi areal persawahan.
Kampung Tambun Rengas ini memang benar-benar berada di pinggiran Jakarta. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan Kecamayan Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat. Sementara di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Cililncing.
Kamis (6/5) pagi, puluhan warga Rw 07 tampak sukaria. Pagi itu adalah saatnya mereka memanen padi yang mereka tanam sejak akhir Desember 2009. Sebanyak 22 hektar sawah yang mereka garap siap di panen hari itu.
Sukardi, Ketua Kelompok Tani Suka Mulya mengungkapkan, ada 30 petani yang tergabung dalam kelompoknya, dan menjadi penggarap sawah seluas 22 hektare yang mereka panen hari itu.
Namun, kata Sukardi di balik rasa sukaria hari itu, ada kegelisahan yang amat sangat di dadanya. Semakin pesatnya pembangunan di sekitar lahan pertanian yang dikelola kelompoknya yang membuatnya gelisah. Dari 22 hektar lahan yang mereka panen hari itu 19,5 hektar lahan milik PT Modern Land, sementara warga hanya menggarapnya saja. Sedangkan 2,5 hektar lahan sisanya adalah milik warga setempat yakni H Mardjuki.
Sukardi menuturkan banyak lahan pertanian berubah-fungsi menjadi pabrik dan perumahan. "Pada tahun 2005 kami sempat gagal panen karena selain tanaman padi terkena hama, juga terimbas limbah pabrik," katanya.
Dirinya pun berharap proteksi dari pemerintah untuk dapat terus mengelola lahan pertanian, yang sebagain besar sudah dimiliki para pengembang tersebut. "Karena 85 persen warga di wilayah RW 07 Kelurahan Cakung Timur ini hidupnya dari lahan pertanian, kami mengharapkan lahan-lahan yang ada dapat terus dikelola. Bahkan kalau mungkin dikembangkan," katanya berharap.
Dari informasi warga setempat sampai tahun 2005 masih ada sekitar 1.000 hektar lahan persawahan di Kecamatan Cakung. Namun kini jumlahnya menyusut menjadi 400 hektar karena sudah diubah fungsi oleh para pengembang menjadi permukiman penduduk atau pabrik.
"Jadi warga hanya menggarapnya saja dan menyewa lahannya," ujar Sukarto.
Sani (50) petani penggarap lainnya mengatakan padahal keberadaan areal persawahan di pinggiran Jakarta ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan paru-paru kota. "Ironis memang Mas, dari 400 hektar sawah yang ada di Cakung sebagian besar milik swasta. Ini berarti keberadaan sawah ini terancam," ungkapnya.
Contoh buruk dirasakan Chasmita. Semula dirinya sempat menikmati manisnya menggarap sawah. Tetapi sejak akhir tahun 2005, sawah garapannya seluas dua hektar diambil kembali oleh pemilik lahan.
Saat datang ke Jakarta dari kampungnya di Indramayu, Jawa Barat, pada tahun 1982 lalu, Chasmita memang tidak punya keinginan menjadi petani sawah metropolitan. Dia cenderung memilih berdagang sayur-mayur di Pasar Cakung yang dinilainya lebih menguntungkan.
Namun latar belakangnya sebagai petani sawah membuat dirinya tidak bisa begitu saja meninggalkan kegiatan sebagai petani di sawah. Berbekal hasil negosiasi dengan penguasa lahan, Chasmita mendapat lahan untuk digarap.
Dari sawah garapannya, sekali panen dia dapat memperoleh penghasilan lumayan, sekitar Rp 20 juta per tahun. Uang itu dimanfaatkan untuk menyekolahkan keempat anaknya.
Namun kini untuk menghidupi anak istrinya, Chasmita kembali berdagang sayur mayur di pasar kecil tidak jauh dari rumahnya. Kembali ke sawah, bermandi lumpur dan menuai bulir-bulir padi yang menguning kini hanya menjadi kenangan bagi Chasmita.
Meski demikian, keinginannya untuk kembali menggarap sawah di tengah-tengah hiruk pikuk Kota Jakarta terus membara. Bagi dirinya, menanam padi di Jakarta tidak hanya untuk mencari penghasilan, tetapi juga untuk menciptakan kawasan hijau di tengah-tengah gersangnya Kota Jakarta.
"Kepingin banget untuk bisa bersawah lagi. Tapi tampaknya sulit karena justru lahan yang ada akan terancam," katanya.
Wakil Walikota Jakarta Timur, Asep Syarifudin, yang memimpin panen raya padi itu mengungkapkan Kecamatan Cakung adalah sentra penghasil beras kota Jakarta, karena di wilayah ini masih terdapat 400 hektar lahan tanaman padi yang dikelola oleh 13 kelompok tani.
"Keberadaan lahan pertanian di Kecamatan Cakung ini musti dipertahankan, karena memiliki fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber mata pencaharian masyarakat juga merupakan ruang terbuka hijau bagi kota Jakarta," kata Wakil Walikota.
Asep mengatakan, saat ini di Jakarta Timur masih banyak warga yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian. "Khusus untuk petani padi di wilayah Kecamatan Cakung sendiri, terdapat 13 kelompok tani dengan jumlah anggota mencapai 316 orang," kata Wakil Walikota.
Lahan-lahan persawahan di wilayah Kecamatan Cakung sendiri menurutnya, sudah ada sejak dulu serta merupakan lahan produktif dan potensial untuk kegiatan pertanian. Namun saat ini kepemilikan lahan-lahan pertanian tersebut sebagian besar sudah dikuasai oleh swasta atau pihak pengembang.
"Saya berharap lahan-lahan yang masih ada dapat tetap dipertahankan pemanfaatannya untuk kegiatan pertanian, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya berpesan.
Kasudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Timur, Bayu Sari Hastuti mengatakan, panen raya padi saat ini dilakukan di atas lahan yang dikelola oleh 30 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Suka Mulya.
Menurut Bayu, hasil yang diraih petani pada panen kali ini mencapai 10,03 ton gabah kering panen (GKP) per hektarnya. "Dalam satu tahun petani bisa melakukan panen sebanyak dua kali. Namun bila air banyak atau tidak musim kering, panen bisa mencapai tiga kali dalam setahun," jelasnya.
Bayu menjelaskan, sektor pertanian merupakan sektor yang selain memberikan peluang pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat, juga memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH). "Keberadaan lahan pertanian di wilayah Kecamatan Cakung ini diharapkan dapat tetap tersus dipertahankan sebagai paru-paru kota Jakarta," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Ipih Ruyani mengakui, lahan pertanian seperti di Kecamatan cakung sudah merupakan hal yang langka ditemui di kota Jakarta. "Kami berharap lahan-lahan milik para pengembang ini dalam 10 tahun ke depan dapat tetap dimanfaatkan untuk lahan pertanian," ujarnya.
Dirinya berharap 400 hektar lahan pertanian di Kecamatan Cakung yang sebagian besar dimiliki pihak pengembang, sebesar 30 persennya dapat dipertahankan untuk menjadi RTH. Dirinya pun akan mengusulkan hal tersebut masuk dalam Rancangan Umum Tata Ruang Wilayah (RUTR) Provinsi DKI Jakarta yang tengah direvisi.
"Ruang Terbuka Hijau tersebut berfungsi sebagai paru-paru kota yang bermanfaat untuk menunjang kualitas lingkungan. Tanaman padi yang ada di Cakung ini berfungsi untuk memperbaiki lingkungan kota Jakarta yang penuh dengan beton," katanya.
Dalam mengelola lahan pertanian, dirinya juga berpesan kepada para petani untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. "Gunakan pupuk organik atau pupuk yang ramah lingkungan," pesannya.
Pada kesempatan ini diserahkan bantuan kepada para petani berupa benih padi varietas mekongga/cigeulis sebanyak 1 ton, pestisida nabati 100 liter, perangkap tikus 4 buah, 100 bibit pohon mangga serta benih ikan nila dan lele sebanyak 600.700 ekor. (Budi SL Malau)
ya begitu lah terimakasih dah mampir keblog saya jumpai saya juga di abdabdwordpres.com
photo notes :
jalan tambun rengas
musolallah
belakang rmh H imin
dari jauharotul huda
dari atas
gambar
Sekolah dasar



























Nostalgia tambun rengas y bro...
BalasHapusPembangunan diTambun rengas sdh mengikis bahkan menghilangkan petak petak sawah yg hijau menjadi gedung2 perumahan dan gudang nya jgc.....
Tambung rengas hampir tertutup kawasan perumahan jgc depan,belakang,samping kiri dan kanan....
Ada ga Poto tahun 2000
BalasHapus